TANJUNG SELOR — Pembangunan gedung-gedung bertingkat yang terus meningkat di Kalimantan Utara memicu perhatian serius dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara. Kepala Pelaksana BPBD Kaltara, Andi Amriampa, menegaskan bahwa kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, terutama di gedung tinggi, tak bisa ditawar-tawar lagi.

“Jika terjadi kebakaran atau gempa bumi di gedung tinggi, kita harus pastikan bahwa SDM kita sudah terlatih, sigap, dan tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Andi dalam pernyataannya, Selasa (7/5).

Latihan Wajib, Bukan Sekadar Seremoni

Andi mengungkapkan bahwa tim vertikal rescue BPBD Kaltara telah mengantongi sertifikasi khusus berskala nasional. Namun ia menekankan, keahlian teknis saja tak cukup tanpa latihan berkala.

“Simulasi terakhir dilaksanakan tahun 2021. Sudah empat tahun berlalu. Ini bukan sekadar formalitas — latihan adalah kebutuhan nyata untuk menjaga kesiapan, bahkan dalam skenario terburuk sekalipun,” tegasnya.

Ancaman Meningkat, Tim Harus Semakin Tangguh

Seiring makin maraknya pembangunan vertikal di Tanjung Selor dan kota-kota lain di Kaltara, risiko pun ikut meningkat. BPBD menilai, pembentukan tim penyelamat yang profesional dan tangguh adalah langkah krusial.

“Bencana tidak datang dengan peringatan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan alat atau infrastruktur. SDM yang terampil dan tahu persis prosedur penyelamatan adalah kuncinya,” kata Andi.

Sinergi Lintas Instansi dan Swasta

Untuk memperkuat kesiapsiagaan, BPBD Kaltara juga berencana menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah lain serta pihak swasta. Pelatihan gabungan akan digelar demi membangun sinergi penanganan darurat yang terpadu, cepat, dan efisien.

“Kolaborasi ini penting agar respons kita tidak terfragmentasi. Ketika semua pihak punya pemahaman dan SOP yang sama, maka penanganan bencana bisa jauh lebih efektif,” pungkasnya.

Iklan