TANJUNG SELOR — Suasana belajar-mengajar di SMAN 1 Tanjung Selor awalnya berjalan seperti biasa. Canda tawa terdengar di ruang kelas, guru dan siswa tampak semangat menyelesaikan materi pelajaran. Di luar kelas, aktivitas berlangsung tenang dan tertib. Namun, semua berubah dalam hitungan detik.
Gedung tiba-tiba bergoyang. Getaran terasa di lantai, disusul suara sirine yang melengking nyaring. Gempa!—begitulah yang tergambar di raut wajah para siswa. Namun sebelum kepanikan meluas, guru dengan sigap mengambil alih.

“Drop, cover, and hold on!” seru mereka. Siswa pun segera berlindung di bawah meja, melindungi kepala dengan tas, sesuai prosedur tanggap darurat. Setelah getaran berhenti, guru dan petugas sekolah langsung mengarahkan para siswa ke jalur evakuasi menuju lapangan terbuka.
Latihan ini bukan kejadian nyata, tetapi bagian dari simulasi tanggap bencana gempa bumi yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Utara, dalam program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Simulasi berlangsung sangat nyata, bahkan dalam skenario latihan, dua siswa digambarkan sebagai korban akibat reruntuhan ringan. Namun tim evakuasi sekolah, dibantu tenaga medis, segera bergerak cepat memberikan pertolongan pertama. Ini membuktikan kesiapan sekolah menghadapi situasi darurat.
Zainuddin, Analis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Kaltara, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk edukasi langsung tentang pentingnya mitigasi bencana di lingkungan pendidikan.
“Simulasi ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah cara membentuk refleks penyelamatan diri yang bisa menyelamatkan nyawa saat bencana sesungguhnya terjadi,” jelas Zainuddin.
Ia menambahkan bahwa Kaltara termasuk daerah yang memiliki potensi bencana, sehingga kesiapsiagaan sejak dini, terutama di sekolah, sangat penting untuk membangun ketangguhan masyarakat.
Melalui program SPAB, BPBD Kaltara berharap dapat menanamkan budaya sadar bencana yang dimulai dari sekolah. Tujuannya, bukan hanya untuk menghadapi gempa, tapi juga segala jenis potensi bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Hari itu, SMAN 1 Tanjung Selor tak hanya belajar soal pelajaran kelas. Mereka belajar tentang menyelamatkan diri, menjaga sesama, dan membentuk mental tangguh menghadapi bencana. Semua berkat kolaborasi pendidikan dan kebencanaan yang nyata dari BPBD Kaltara.







