Maksimalkan Kotoran Sapi untuk Biogas dan Pupuk Organik

PEMBINAAN : Kepala DPKP Kaltara, Heri Rudiyono saat meninjau pengolahan biogas dan pupuk organik.

TARAKAN – Potensi biogas yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan bagi beberapa bidang, seperti pertanian dan perikanan, menjadi salah satu titik fokus Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kaltara untuk dimanfaatkan.

Selain memiliki manfaat dan kegunaan, biogas juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi para petani yang menggunakan pupuk organik.

Kepala DPKP Kaltara, Heri Rudiyono mengungkapkan, dengan adanya kelompok tani yang sudah mulai merasakan kegunaan biogas, sehingga ia berniat untuk mengembangkan kemampuan kelompok tani dalam hal pembuatan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi ini.

“Saya akan memanggil Kelompok Tani Mapan Sejahtera untuk menyosialisasikan bagaimana menggunakan dan manfaat dari energi biogas kepada kelompok tani lainnya,” ujar Heri Rudiyono beberapa waktu lalu saat meninjau langsung lokasi pembuatan kompos organik.

Menurutnya, dengan adanya hal tersebut para petani dapat diberdayakan tidak hanya dari segi hasil pertanian saja, namun dari aspek lainnya yang memiliki potensi untuk mengembangkan pertanian di Kaltara bahkan sampai ke bidang perikanan.

Salah satu anggota Kelompok Tani Mapan Sejahtera berlokasi di Tarakan yang mengelola biogas, Sarifuddin mengatakan, sejak tahun 2008 ia sudah merintis bagaimana membuat pupuk organik agar tidak menjadi petani yang tidak bergantung pada ketersediaan pupuk. Hal itu dilakukan agar para petani merdeka.

“Sewaktu-waktu tidak ada pupuk kita bisa berjalan. Kebetulan kami di sini sudah dilatih dari Dinas Pertanian tentang bagaimana caranya membuat pupuk organik,” ungkap Sarifudin.

Ia menceritakan, pada awalnya sebelum adanya biogas, pihaknya mengolah kompos secara manual namun hal tersebut memakan proses dan waktu yang cukup lama. Alhasil setelah mendapatkan pelatihan dari DPKP Kaltara, ia sudah bisa membuat kompos dengan biogas sehingga dapat mempersingkat proses dan waktu pembuatan pupuk.

“Kita masukkan ini (kompos) ke dalam legister, biogasnya kita pakai untuk masak dan nanti limbahnya jadi pupuk. Yang padatnya lari ke pertanian yang cairnya lari ke perikanan (tambak),” tambahnya.

Saat itu banyak para petambak yang mengantre untuk mengambil limbah cairnya dan para petambak sendiri yang membuktikan khasiat dari limbah cair dari pembuatan kompos. Tak hanya itu saja, banyak pengusaha dari Jawa yang datang menawarkan kerjasama untuk menghasilkan biogas.

Ia juga membeberkan, saat ini gasnya ia gunakan sendiri dan bisa digunakan untuk tiga hingga empat rumah. Ia pun berencana memperbesar projek biogas tak hanya untuk pembuatan pupuk, namun juga untuk mengoperasikan mesin penggiling padi.

“Di pertanian untuk mengendalikan pupuk bahan-bahannya dari gas semua,” pungkasnya. (adv)

Iklan